Tetapijustru nama ini mencerminkan kepangkatan yakni Kebo dan diikuti dengan Iwa yang dalam bahasa daerah Bali berarti paman. Kebo Iwa bisa diartikan paman yang berpangkat Kebo. Ki Kebo Iwa yang juga mempunyai sebutan lain yakni Ki Kebo Taruna (taruna = perjaka) adalah panglima perang kerajaan Bedahulu masa Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi
Kebo Iwa[sunting] Lahirnya Kebo Iwa Sang Putra Bali Yang Istimewa[sunting] Kerajaan Bedahulu adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Bali. Kerajaan ini dipimpin oleh raja yang bergelar Sri Astasura Ratna Bumi Banten yang artinya permata yang perkasa dari Bali. Berkat kepemimpinannya masyarakat Bali hidup sejahtera. Mereka sebagian besar bekerja sebagai petani mengolah sawah yang airnya bersumber dari Sungai Pakerisan. Sungai Pakerisan adalah sungai yang disucikan yang asal-usulnya bersumber dari cerita Mayadenawa leluhur raja Bedahulu. Aliran sungai Pakerisan telah memberikan kesuburan bagi tanah Bedahulu. Rakyat banyak membangun pemukiman di sekitar sungai Pakerisan. Salah satunya adalah Sri Karang Buncing, dia hidup bersama istrinya. Sudah lama mereka tidak dikarunia seorang anak. Penghasilan yang dikumpulkan dari mengolah lahan kerajaan seperti tidak ada artinya. Istri Sri Karang Buncing sering mengeluhkan itu kepada suaminya namun pada akhirnya mereka hanya bisa berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Desa Bedahulu adalah pemeluk agama Hindu yang taat. Setiap bulan purnama kerajaan menggelar upacara di Pura Gaduh. Pura Gaduh adalah pura terbesar di kerajaan Bedahulu. Sri Karang Buncing menghaturkan sebagian hasil dari sawah yang diolahnya berupa beras, kelapa, pisang, dan jagung. Sri Karang Buncing memang terkenal sebagai warga yang senang beramal. Upacara di pura Gaduh memberi berkat sendiri bagi Sri Karang Buncing. Istrinya ternyata mengandung, kebahagiaan Sri Karang Buncing tidak terkira. Sri Karang Buncing bekerja lebih giat lagi mengolah tanah kerajaan. Sehingga semakin banyak hasil yang bisa dia persembahkan ketika upacara di Pura Gaduh. Sebagian hasilnya akan dia kumpulkan untuk membesarkan anaknya. Beberapa bulan kemudian istri Sri Karang Buncing melahirkan seorang putra. Tepat di hari tilem atau bulan mati. Sri Karang Buncing ketika itu sedang membajak sawah dengan kerbaunya. Mendengar kabar bahagia itu Sri Karang Buncing bergegas pulang. Anak itu diberi nama Kebo Iwa. Kebo Iwa tumbuh besar dan kuat, selera makannya sangat tinggi. Sri Karang Buncing sampai kewalahan menyiapkan kebutuhan anaknya. Penghasilan yang dikumpulkannya bertahun-tahun segera habis. Sri Karang Buncing bekerja dengan keras demi membesarkan anaknya. Ibunya sering berhutang kepada tetangga untuk membeli beras. Kebo Iwa tidak seperti anak kebanyakan, mungkin karena lahir dari berkat Pura Gaduh. Badannya tinggi besar itu membuatnya segera bisa membantu ayahnya bekerja. Kebo Iwa sadar sudah menyusahkan orang tuanya, dia pun lebih banyak bekerja dari pada bermain dengan teman sebayanya. Setiap sore Kebo Iwa menemani ayahnya memandikan kerbau-kerbau. Dia pun bertanya kenapa dia diberi nama Kebo Iwa. Ayahnya menjawab nama itu terinspirasi dari kerbau. Kerbau adalah binatang yang sangat berjasa bagi petani. Kerbau binatang yang suci, kuat dan banyak jasanya. Ayah ingin Kebo Iwa bisa meniru sifat kerbau itu kuat, berhati mulia dan memberi manfaat bagi orang banyak. Sri Karang Buncing menasihati Kebo Iwa supaya tidak malu dengan kondisinya. Badannya yang tinggi besar sering menjadi bahan olok-olokan temannya. Ayahnya berpesan supaya Kebo Iwa tidak membalas perlakuan temannya. Kebo Iwa harus rajin belajar menunjukkan prestasi adalah cara yang tepat untuk membalas olok-olokan temannya. Setiap malam Kebo Iwa belajar bersama ibunya ia senang belajar ilmu alam. Belajar sambil mengamati lingkungan sekitar. Kebo Iwa senang melihat bulan dan menyadari bentuk bulan yang berubah-ubah. Dia mencatat perubahan itu terjadi berselang 15 hari. Bulan dalam kondisi penuh disebut dengan bulan purnama. Bulan dalam kondisi kosong disebut dengan bulan mati atau tilem. Ibu mengajari Kebo Iwa ilmu Wariga atau perhitungan hari baik dalam agama Hindu. Umat Hindu tidak hanya merayakan upacara setiap Purnama dan Tilem. Ada perhitungan lainnya yang terdapat dalam ilmu Wariga. Perhitungan itu adalah Wara, Wuku, Sasih dan Tahun Saka. Wara perhitungannya dalam 1 hari, Wuku dalam 1 minggu atau 7 hari, 'Sasih' perhitungan bulan dan pergantian Tahun 'Saka' dirayakan dengan hari raya Nyepi. Kebo Iwa bertanya apakah ada hubungan hari kelahiran dengan warna kulit. Kebo Iwa mengira kulitnya hitam karena lahir pada bulan mati. Ibunya tersenyum melihat kepolosan Kebo Iwa. Ibunya menjawab itu karena turunan ayahnya yang berkulit hitam. Kulit yang sebagian besar dimiliki oleh petani atau kaum Sudra. Semakin hari ibu semakin kesulitan menjawab rasa ingin tahu Kebo Iwa. Dia ingin menyekolahkan Kebo Iwa. Akan tetapi orang dari Sudra Warna tidak boleh bersekolah ketika itu. Masyarakat Bali dikelompokkan ke dalam Catur Warna, Catur Warna adalah pembagian struktur masyarakat berdasarkan profesi. Sudra Warna adalah susunan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan buruh. Ketika itu yang boleh belajar adalah golongan Brahmana dan Ksatria. Brahmana adalah golongan orang suci dan Ksatria adalah golongan raja. Ibu Kebo Iwa pergi ke sebuah sekolah yang dipimpin oleh Ki Soma Kepakisan. Sekolah itu hanya menerima kaum 'Brahmana' dan 'Ksatria' menjadi muridnya. Ibu memohon supaya Kebo Iwa diterima, namun ditolak. Ibu disuruh pulang, namun ibu menolak. Ketika orang sibuk bekerja di dapur, Ibu Kebo Iwa ikut membantu. Begitupun pekerjaan lain seperti menyapu, bertani, memberi makan sapi. Semua dikerjakan sampai berhari-hari. Melihat kesungguhan ibu, Ki Soma Kepakisan luluh hatinya. Kebo Iwa diijinkan bersekolah namun harus melewati tes. Ibu Kebo Iwa pulang dengan senang hati. Kebo Iwa mendatangi ibunya menanyakan kenapa ibu tidak pulang-pulang. Sambil menangis ibu memeluk Kebo Iwa dan mengatakan bahwa dia sudah bisa bersekolah. Kebo Iwa anak istimewa dia pasti mampu melewati tes masuk sekolah Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa Belajar dari Ki Soma Kepakisan[sunting] Kebo Iwa pamitan kepada orang tuanya, dia akan bersekolah selama 6 tahun. Ayah dan Ibu menasihatinya supaya rajin belajar dan patuh dengan perintah Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa harus menjadi anak yang pintar untuk membanggakan keluarga dan desanya. Dia adalah satu-satunya anak dari Sudra Warna yang diijinkan mengenyam pendidikan. Kebo Iwa juga berpamitan kepada warga desa, juga kepada teman yang mengolok-ngoloknya dulu. Mereka merasa malu dengan perbuatannya. Kebo Iwa berjanji akan kembali dan membangun desanya. Dia akan membangun sebuah sekolah untuk warga desa belajar. Perjalanan ke asrama cukup jauh, apalagi Kebo Iwa berangkat subuh. Dia ingin sampai ke sekolah tepat ketika pembelajaran dimulai. Kebo Iwa bergegas berjalan menyusuri pinggir sungai Pekerisan. Sekolah itu tepat berada di hulu sungai Pakerisan. Gerbang sekolah dibuka bertepatan dengan kedatangan Kebo Iwa. Dia segera menemui Ki Soma Kepakisan. Murid-murid duduk membentuk lingkaran di tengahnya Ki Soma Kepakisan duduk pada kursi batu. Kebo Iwa menghadap menyampaikan hormat. Murid-murid merasa heran dengan kehadiran Kebo Iwa yang terlihat berasal dari keluarga miskin. Kebo Iwa memperkenalkan diri kepada teman-temannya. Dia melihat sebagian menertawakan penampilannya. Namun Kebo Iwa membalasnya dengan senyum. Sebagai awal pembelajaran Ki Soma Kepakisan menanyakan keahlian Kebo Iwa. Kebo Iwa sangat ahli dalam bidang pertanian, selain itu dia suka mengukir batu. Ki Soma Kepakisan menyuruh Kebo Iwa mengambil batu di Sungai Pakerisan dan menunjukkan keahlian ukirnya. Kebo Iwa datang membawa batu yang sangat besar. Teman-temannya tertawa, bagaimana dia bisa memahat batu yang besar. Batu yang besar diletakkan di tengah lingkaran di depan Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa menunjukkan keahlian yang belum dia perlihatkan kepada siapa pun, termasuk orang tuanya. Dia memahat batu itu dengan kukunya. Pertama dia membelah batu itu membentuk kubus. Dari kubus itu Kebo Iwa membuat garis-garis untuk menentukan bagian yang akan dipahat. Kebo Iwa tekun memahat batu dengan kukunya. Hal itu menarik perhatian murid-murid dari tingkat di atasnya. Menjelang siang batu itu sudah berubah wujud menjadi bentuk yang sangat dikenal murid-murid sekolah. Batu itu kini menjadi patung Ki Soma Kepakisan yang berdiri lengkap dengan tongkatnya. Ki Soma Kepakisan membenarkan kata-kata ibu Kebo Iwa, bahwa anaknya adalah anak yang istimewa. Kebo Iwa sangat berbakat dalam rancang bangun. Dia akan menjadi undagi atau ahli bangunan yang hebat. Ki Soma Kepakisan mengajarkan Kebo Iwa ilmu matematika, seni memahat, dan seni bangunan. Ibu Kebo iwa sudah berjanji bahwa Kebo Iwa tidak hanya belajar disana, Kebo Iwa juga bekerja. Subuh sebelum pelajaran dimulai Kebo Iwa sudah di dapur membantu memasak. Setelah itu dia mencarikan rumput sapi-sapi milik sekolah. Kebo Iwa juga sering membantu memerah susu sapi. Perlahan teman-teman Kebo Iwa mulai mengaguminya, mereka malu karena sudah menghina Kebo Iwa. Mereka pun tak segan meminta pelajaran dari Kebo Iwa walaupun warna atau status mereka berbeda. Warna tidak ditentukan oleh keturunan atau kekayaan melainkan dari keahlian yang dimiliki. Tidak terasa 6 tahun sudah masa Kebo Iwa belajar. Kini dia sudah menjadi undagi atau ahli bangunan yang hebat tidak hanya itu dia tumbuh menjadi orang yang baik hati. Ki Soma Kepakisan menyarankan Kebo Iwa mengikuti seleksi menjadi undagi istana. Kerajaan Bedahulu sedang membangun candi untuk menghormati raja Anak Wungsu yang wafat. Anak Wungsu adalah kakek dari raja Bedahulu. Kebo Iwa Pahlawan Desa Blahbatuh[sunting] Warga desa menyambut kedatangan Kebo Iwa, mereka menyambut dengan syukuran sederhana. Warga desa duduk di balai desa menikmati makanan yang disediakan oleh Sri Karang Buncing. Upacara penyambutan yang bahagia itu sebenarnya menyimpan kisah haru karena dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Kepala desa yang baru adalah pemimpin yang kejam, warga diharuskan menyetor pajak 2 kali lipat. Warga desa diawasi oleh pasukan pemungut pajak. Tidak ada satu pun yang berani melawan kepala desa itu karena sudah pasti akan disakiti. Kebo Iwa akhirnya tahu kenapa desanya kini berubah, rumah-rumah desa banyak yang rusak. Sawah dan ladang terlihat kering inilah sebabnya desanya tidak semakmur dulu. Warga desa hidup dalam kondisi tertindas. Melihat hal ini Kebo Iwa tidak bisa tinggal diam, dia berjanji akan menyelesaikan masalah desa. Dia akan menemui kepala desa yang lalim itu. Kebo Iwa juga berjanji akan melatih pemuda desa ilmu bela diri, sehingga mereka bisa menjaga desanya dari tekanan pemungut pajak. Ujian untuk menjadi undagi kerajaan tinggal sebulan dalam waktu itu Kebo Iwa terasa cukup untuk membangun desa. Kebo Iwa mendatangi pemungut pajak menyuruhnya berhenti memeras warga desa. Kepala desa tidak terima kemudian memerintahkan pasukan menyerang Kebo Iwa. Pertarungan tidak bisa dihindari, pasukan menyerang Kebo Iwa dari berbagai sisi mereka bersenjata sementara Kebo Iwa hanya mengandalkan kuku. Semua pasukan tidak cukup kuat meladeni Kebo Iwa yang perkasa bahkan kepala desa pun melarikan diri. Warga desa bersorak menyambut kemenangan Kebo Iwa, mereka bahagia karena terbebas dari penjajahan. Warga desa ingin menjadikan Kebo Iwa sebagai kepala desa namun kepala desa biasanya berasal dari pegawai kerajaan. Kebo Iwa mengatakan bahwa dia akan mengikuti seleksi undagi kerajaan. Sebelum itu dia melatih pemuda desa bela diri, untuk menjadi pasukan penjaga desa. Pasukan itu kemudian diberi nama Balabatu, bala artinya pasukan dan batu artinya batu. Balabatu artinya pasukan yang memiliki kekuatan sekuat batu. Kebo Iwa mengikuti seleksi undagi yang nanti akan membangun candi penghormatan raja Anak Wungsu. Candi itu agak berbeda karena akan dibangun pada bibir tebing Sungai Pakerisan. Bibir tebing itu berisi batu andesit yang keras. Tentu ini sangat mudah bagi Kebo Iwa, karena dia dianugerahi memiliki kuku yang keras dan tajam. Ketika akan mengajukan diri kepada petinggi kerajaan, Kebo Iwa dihadang oleh kepala desa. Dia menuduh Kebo Iwa tidak mau membayar pajak dan memimpin pemberontakan melawan pemerintahan Bedahulu. Petinggi kerajaan itu adalah Ki Pasung Grigis, dia adalah mahapatih kerajaan Bedahulu. Melihat keributan itu Ki Pasung Grigis memanggil Kebo Iwa untuk diadili. Kebo Iwa maju dalam persidangan dan menyampaikan keadaan yang sebenarnya. Tidak lupa dia menyampaikan pesan dari gurunya, Ki Soma Kepakisan. Melihat kejujuran dan adab Kebo Iwa yang baik, Ki Pasung Grigis percaya dengan kata-kata Kebo Iwa. Dia justru memecat dan menghukum kepala desa yang lalim itu. Ki Soma Kepakisan adalah sahabat dekat dari Ki Pasung Grigis. Dia tidak mungkin salah memilih murid. Kebo Iwa pasti murid yang spesial sehingga mendapat rekomendasi Ki Soma Kepakisan. Dugaan Ki Pasung Grigis benar, Kebo Iwa adalah undagi yang sangat rajin dan ulet. Walaupun Kebo Iwa adalah pemimpin proyek dia tidak segan terjun langsung membuat ukiran dengan kukunya. Kebo Iwa selain memiliki keahlian 'undagi', dia juga memiliki bakat kepemimpinan. Melihat kelebihan itu, Ki Pasung Grigis mengangkat Kebo Iwa menjadi prajurit kerajaan. Dia kini tergolong 'Ksatria Warna' golongan yang memiliki tugas memimpin dan menjaga keamanan. Kebo Iwa menyambut baik peran itu dia ingin menjaga desanya. Ki Pasung Grigis membagikan semua ilmu dan pengalamannya selama menjadi patih Bedahulu, dia yakin kelak posisinya akan digantikan oleh Kebo Iwa. Kebo Iwa belajar dengan tekun dan cepat menyerap penjelasan Ki Pasung Grigis. Pemimpin yang baik harus mampu menjalankan Tri Kaya Parisudha atau tiga perbuatan yang mulia. Berkata yang baik, berpikir yang baik, dan berbuat yang baik. Itu yang sering dipesankan kepada Kebo Iwa. Pembangunan candi di tebing sungai Pakerisan sudah mulai rampung. Candi-candi yang besar dan megah itu berjejer menempel di dinding tebing. Sebuah karya yang memukau yang menjadi warisan kebesaran kerajaan Bedahulu. Candi itu diresmikan dengan nama Candi Gunung Kawi. Raja Bedahulu sangat terkesan dengan karya Kebo Iwa. Tidak salah orang-orang kerajaan memuji kehebatannya. Kebo Iwa tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai prajurit kerajaan melainkan juga memimpin pembangunan Candi Gunung Kawi. Atas jasanya ini, Raja Bedahulu berkenan mengabulkan permintaan Kebo Iwa. Kebo Iwa mengatakan dia ingin kembali ke desanya menjadi pemimpin di sana. Ki Pasung Grigis menyarankan raja supaya Kebo Iwa diberikan kewenangan menjaga wilayah Bedahulu bagian selatan, di bagian itu juga desa Kebo Iwa berada. Raja Bedahulu memutuskan Kebo Iwa diangkat menjadi patih yang menjaga wilayah Bedahulu bagian selatan. Sebagai pejabat kerajaan Kebo Iwa diberikan tanah desa. Semua yang ada di desa itu ada dalam kepengawasan Kebo Iwa. Warga desa berseru menyambut kabar gembira itu. Kini mereka berada dalam kepemimpinan yang baru. Kebo Iwa akan membuat hidup mereka menjadi makmur sejahtera. Wilayah kekuasaan Kebo Iwa itu diberi nama Blahbatuh. Nama ini dipilih untuk menghormati Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa ingat dulu dia harus membelah batu yang besar untuk bisa diterima di sekolah Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa adalah sosok pahlawan, kebanggaan warga desa Blahbatuh. Banyak warisan luhur beliau yang kini masih ada di desa Blahbatuh. Kebo Iwa mendirikan pura Goa Gajah, pura Candi Tebing Tegalinggah, pura Kebo Edan. Arca wajah Kebo Iwa disthanakan di Pura Gaduh. Tempat yang memberkati kelahiran Kebo Iwa.
LegendaKebo iwa memiliki beberapa versi, ada yang mengatakan Kebo Iwa adalah seorang pahlawan ketika Kerajaan Majapahit menyerang Kerajaan Bali (Kami pernah memposti kisahnya di Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Putra Bali) namun pada kisah lain diceritakan merupakan raksasa rakus yang sering mengganggu warga di saat kelaparan. Kisah kebo Iwa saat ini akan melengkapi pengetahuan adik-adik mengenai asal muasal Danau dan Gunung Batur. Asal muasal Danau dan Gunung Batur yang ada di Pulau Dewata Bali di kisahkan dalam cerita rakyat Bali Kebo Iwa. Legenda Kebo iwa memiliki beberapa versi, ada yang mengatakan Kebo Iwa adalah seorang pahlawan ketika Kerajaan Majapahit menyerang Kerajaan Bali Kami pernah memposti kisahnya di Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Putra Bali namun pada kisah lain diceritakan merupakan raksasa rakus yang sering mengganggu warga di saat kelaparan. Kisah kebo Iwa saat ini akan melengkapi pengetahuan adik-adik mengenai asal muasal Danau dan Gunung Batur. Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Asal Muasal Gunung dan Danau Batur Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah seorang raksasa yang sangat besar. Raksasa itu bernama Kebo Iwa. la sering menolong penduduk desa membangun rumah, membuat sumur dan mengangkat batu-batu besar. Kebo lwa tidak minta imbalan apapun, hanya saja masyarakat desa harus menyiapkan makanan yang banyak untuknya secara teratur. Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Putra Bali Semakin hari tubuh Kebo Iwa semakin besar, makannya sangat banyak sekali. Penduduk desa kerepotan harus menyediakan makanan itu setiap waktu. Porsi makan Kebo Iwa setara dengan menyiapkan makanan untuk seratus orang dewasa. Walaupun masyarakat desa sudah tidak membutuhkan kemampuan dan tenaganya, mereka tetap wajib menyiapkan masakan dan minuman untuk Kebo Iwa. Apabila Kebo Iwa tidak diberi makanan sampai dua hari misalnya, dia akan mengamuk dan melakukan pengrusakan apa saja yang ditemuinya, termasuk rumah warga dan pura. Kebun, sawah, dan ladang juga dirusaknya. Hal itu membuat penduduk desa khawatir, walau penduduk desa sudah tidak membutuhkan tenaganya, mereka harus tetap menyediakan makanan untuk Kebo lwa. Sampai musim kemarau datang. Seluruh lumbung padi milik penduduk mulai menipis. Beras serta bahan makanan lainnya sangat sulit didapatkan. Hujan pun tak kunjung datang. Penduduk mulai khawatir keadaan Kebo lwa. Karena, apabila Kebo Iwa lapar pasti akan melakukan pengrusakan. Sedangkan persediaan bahan makanan sudah sangat menipis, untuk makan keluarga saja tidak cukup apalagi memberi makanan Kebo lwa. Kekhawatiran penduduk desa akhirnya terjadi. Pada suatu waktu Kebo lwa merasa kelaparan, namun makanan belum juga disiapka karena persediaan makanan penduduk desa sudah tidak ada lagi. Kebo lwa menjadi marah dan melakukan pengrusakan. la merusak rumah-rumah penduduk. Bahkan Pura yang merupakan tempat ibadah juga tidak ia lewatkan. “AKU LAPAR! MANA MAKANAN UNTUKKU!” teriaknya meraung-raung. Penduduk berlarian, mereka mengungsi ke desa tetangga. Mereka berteriak-teriak ketakutan, “Tolong..! Tolong…!” semua panik dan takut menjadi terkaman raksasa itu. Kebo lwa terus mengejar para penduduk itu sambil terus berteriak- teriak, “Mana makanan untukku! Atau kalian akan kuhancurkan!” Kebo lwa semakin ganas. la tidak hanya menghancurkan rumah serta bangunan lainnya, namun juga menyantap hewan-hewan ternak milik penduduk. Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Mengetahui kehancuran yang ditimbulkan Kebo lwa, penduduk desa menjadi sangat kesal dan marah. “Ini tidak bisa dibiarkan! Raksasa itu semakin menjadi-jadi!” ucap salah satu penduduk desa kesal. Kemudian mereka mencari ide untuk membunuh Kebo lwa. Setelah beberapa saat kemudian, mereka menemukan cara untuk mengatur siasat membunuh Kebo lwa. Pada awalnya mereka berpura-pura mengajak berdamai dengan Kebo Iwa. Kemudian mereka mengumpulkan makanan yang sangat banyak dengan berbagai cara agar dapat menjalankan siasat mereka untuk membunuh Kebo lwa. Lalu setelah makanan terkumpul banyak kemudian mereka mendekati Kebo lwa yang sudah selesai makan seekor kerbau. Kebo Iwa kekenyangan. Lalu berbaring beralaskan rumput. “Hai Kebo lwa …!” panggil Kepala Desa. Kebo lwa menoleh, “Mau apa kalian mendekatiku?” tanya Kebo Iwa curiga. Kepala Desa mulai meluncurkan aksinya, “Sebenarnya kami masih membutuhkan tenagamu, karena rumah-rumah dan pura banyak yang kau hancurkan. Bagaimana kalau kau membantu kami membangunnya kembali. Kami akan menyediakan makanan yang banyak untukmu sehingga kau tak kelaparan lagi,” kata Kepala Desa mempengaruhi. “Makanan? Kalian akan menyediakan makanan yang enak untukku? Makanan yang banyak?” mata Kebo Iwa berbinar. la bahagia mendengar kata makanan. “Aku setuju!” sahutnya cepat. Kebo Iwa sangat senang, ia tidak mencurigai sedikit pun. Kebo Iwa mulai bekerja. Dengan waktu yang terhitung singkat, beberapa rumah selesai dikerjakan olehnya. Sementara itu, para penduduk sibuk mengumpulkan batu kapur dalam jumlah besar, itu akan menjadi salah satu alat untuk menjalankan siasat membunuh Kebo Iwa. Kebo Iwa merasa bingung melihat para penduduk sangat banyak mengumpulkan batu kapur. Padahal kebutuhan batu kapur untuk rumah dan pura sudah ia cukupkan. “Mengapa kalian mengumpulkan batu kapur begitu banyak?” tanya Kebo Iwa ingin tahu. “Wahai Kebo lwa yang baik hati! Ketahuilah setelah kamu selesai membuat rumah dan pura milik kami, kami juga akan membuatkanmu rumah yang besar dan sangat indah,” kata Kepala Desa berbohong. Kebo lwa sangat senang mendengarnya, “Benarkah?” tanyanya meyakinkan. Tidak ada kecurigaan sedikit pun darinya. la semakin semangat membantu penduduk desa. Hanya dalam beberapa hari, rumah-rumah dan pura milik penduduk selesai dikerjakan dan sudah tegak berdiri. Sekarang pekerjaannya hanya tinggal menggali sumur besar. Pekerjaan ini memakan waktu cukup lama, Kebo Iwa menggunakan kedua tangannya yang besar dan kuat untuk menggali tanah sampai dalam. Semakin hari lubang yang dibuatnya semakin dalam. Tubuh Kebo Iwa pun semakin turun ke bawah. la mengaum mengeluarkan semua tenaganya. Tumpukan tanah bekas galian yang berada di mulut lubang pun semakin menggunung. Dan terus seperti itu Kebo Iwa mengerjakannya sepanjang hari hingga suatu ketika Kebo lwa kelelahan dan berhenti sejenak untuk istirahat dan makan. la makan sangat banyak. Setelah makan ia mengantuk, ia pun tertidur dengan mengeluarkan suara dengkuran yang sangat keras. Suara dengkuran Kebo Iwa terdengar oleh para penduduk desa yang sedang berada di atas sumur. Para penduduk segera berkumpul di tempat lubang sumur tersebut. Mereka melihat Kebo lwa sedang tertidur pulas di dalamnya. “Dengar semua..!”seru Kepala Desa kepada warganya. “Mari kita jalankan rencana kita yang telah disepakati sejak awal!” perintahnya memimpin warganya untuk melemparkan batu kapur yang sudah mereka siapkan sebelumnya ke dalam sumur. Mereka terus melemparkan batu kapur itu. Kebo Iwa tidak menyadari dirinya dalam bahaya, karena ia terlelap tidur. Air di dalam sumur yang bercampur batu kapur sudah mulai meluap dan menyumbat hidung Kebo lwa, barulah raksasa itu tersadar, “Aaaaaaa….” Kebo lwa mengerang kesakitan, “Tolong teriaknya lemah. Namun, lemparan batu kapur dari para warga semakin banyak. Kebo Iwa tidak dapat berbuat apa-apa. Meskipun memiliki badan sangat besar dan tenaga yang sangat kuat, ia tidak mampu melarikan diri dari tumpukan kapur dan air sumur. Kebo Iwa terkubur hidup-hidup, ia menggelepar-gelepar selama beberapa saat dan menimbulkan gempa sesaat tapi kemudian reda dan diam. Semua penduduk desa mengira Kebo lwa telah tewas terkubur di dalam sumur. Setelahnya air sumur mengalir terus semakin deras. Kemudian air sumur itu membanjiri desa serta membentuk danau. Danau itu kini diketahui bernama Danau Batur. Sedangkan tanah disamping danau yang tertimbun cukup tinggi membentuk sebuah bukit dan kemudian menjadi sebuah gunung yang dikenal dengan nama Gunung Batur. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa dan Danau Batur adalah Kita harus selalu waspada terhadap sesuatu yang bisa mencelakakan diri. Baca cerita rakyat Indonesia lainnya di Cerita Anak Rakyat Bali Legenda Asal Mula Danau Batur dan Kumpulan Cerita Cerita Rakyat dari Bali.
Suatuhari ketika Kebo Iwa sedang tidur nyenyak di dalam sumur, kepala kampung segera mengumpulkan warganya di tepi sumur lalu memerintahkan warga untuk melempari Kebo Iwa dengan kapur. Mulanya Kebo Iwa tidak sadar akan bahaya tersebut. Namun setelah kapur yang dilempari penduduk sudah sampai ke hidungnya Kebo Iwa terbangun dan meronta kepanasan.
Haiiiii, kalian yang mau belajar bahasa inggris, mungkin bisa dimulai dari sering-sering baca cerita pendek buat menambah kosa kata, nah referensi nih buat kalian ; Once upon a time in Bali, there is a man and his wife were praying. They have been married for a long time but didn't have any child. They asked God to give them a children. They prayed and keep prayed. God finally answered their pray. The wife then, got pregnant and gave a birth to a baby boy. They were very gratefull and happy. The baby was extraordinary. He was very different from most babies. He ate and drank a lot. Day after day he ate more and more. His body was getting bigger and bigger. And by the time he was a teenager, his body was as big as a buffalo. People then started to call him Kebo Iwa. His eating habit make Kebo Iwa’s parents spent a lot of money to buy his food in large amount. They finally went bankrupt. They gave up and asked the villagers to help them provide the food. The villagers then worked together to cook and build a big house for Kebo Iwa. He was like a giant. He could not stay with his parents anymore because his body is too big. Sadly, after a few months, the villagers also could not afford to cook him the food. They then asked Kebo Iwa to cook his own food. The villagers just prepared the raw materials. Kebo Iwa agreed and as an expression of his gratitude to the villagers, he built a dam, dug wells, and he also protected the villagers from wild animals and people who wanted to attack their village. He did those things by himself. justify;"> Meanwhile, the troops of Majapahit were planning to attack Bali. They knew about Kebo Iwa. And they also knew that they could not conquer Bali with Kebo Iwa there. Kebo Iwa was too powerful for them. Gajah Mada, the Maha Patih Chief Minister of Majapahit then planned something. They were pretending to invite Kebo Iwa to Majapahit to help them dig some wells. They said that Majapahit was suffering from a long dry season and needed much water. Kebo Iwa didn't know the plan, so he went to Majapahit without any suspicion. When Kebo Iwa was busy digging a very big well, the troops covered the well with many lage boulders. Kebo Iwa had difficulty in breathing and buried alive. He died inside the well. After the death of Kebo Iwa, Bali was conquered by Majapahit. Until now, people still remember Kebo Iwa because he had done a lot for Majapahit and Bali. The stone head of legendary Kebo Iwa can be found in Pura Gaduh temple in Blahbatuh, Iwa also known as Kebo Waruga or Kebo Taruna.
KeboIwa adalah salah seorang panglima militer Bali pada masa pemerintahan Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten pada awal abad ke-14. Nama lain dari Kebo Iwa adalah Kebo Wandira atau Kebo Taruna yang bermakna kerbau yang perjaka. Pada masa itu, nama-nama binatang tertentu seperti kebo (kerbau), gajah, mahisa (banteng), banyak (angsa) lazim dipakai sebagai titel kehormatan khususnya di Bali ataupun Jawa.
Bagaimana contoh narrative text dalam bahasa Inggris? Siapa yang suka membaca dan mendengar cerita narrative text? Kebanyakan akan menjawab suka. Sebab narrative text berupa cerita rakyat, dongeng, dan legenda ceritanya sangat menarik dan mengandung pesan nilai-nilai moral di dalamnya untuk diambil sebagai pelajaran hidup. Pada kesempatan kali ini saya ingin memberi contoh narrative text bahasa Inggris berupa cerita rakyat yang berasal dari Pulau Dewata Bali, yakni cerita tentang Kebo Iwa, seorang raksasa. Berikut ini ceritanya dalam bahasa Inggris beserta dengan terjemahannya Legend of Kebo Iwa Once upon a time in Bali, a man and his wife were praying. They have been married for a long time but did not have any children. They asked God to give them a child. They prayed and prayed. God finally answered their pray. The wife, then, got pregnant and they had a baby boy. They were very happy. The baby was extraordinary. He was very much different from other babies. He ate and drank a lot. Day after day he ate more and more. His body was getting bigger and bigger. And by the time he was a teenager, his body was as big as a buffalo. People then started to call him Kebo Iwa. Because of his eating habit, Kebo Iwa’s parents spent a lot of money to buy his food in large amount. They finally went bankrupt. They gave up and asked the villagers to help them provide the food. The villagers then worked together to cook and build a big house for Kebo Iwa. He was like a giant. He could not stay in his parents’ house anymore because of his big body. Sadly, after a few months, the villagers also could not afford to cook him the food. They then asked Kebo Iwa to cook his own food. The villagers just prepared the raw materials. Kebo Iwa agreed and as an expression of his gratitude to the villagers, he built a dam, dug wells, and he also protected the villagers from animals and people who wanted to attack their village. He did those things by himself. Meanwhile, the troops of Majapahit were planning to attack Bali. They knew about Kebo Iwa. And they also knew that they could not conquer Bali with Kebo Iwa there. Kebo Iwa was more powerful than they were. Gajah Mada, the Maha Patih Chief Minister of Majapahit then planned something. They were pretending to invite Kebo Iwa to Majapahit to help them dig some wells. They said that Majapahit was suffering from a long dry season and needed much water. Kebo Iwa did not know the plan, so he went to Majapahit. When Kebo Iwa was busy digging a very big well, the troops covered the well. Kebo Iwa had difficulty in breathing and buried alive. He died inside the well. After the death of Kebo Iwa, Bali was conquered by Majapahit. Until now, people still remember Kebo Iwa because he had done a lot for Majapahit andBali. The stone head of legendary Kebo Iwa can be found in Pura Gaduh temple in Blahbatuh. Terjemahan Legenda Kebo Iwa Suatu ketika di Bali, seorang pria dan istrinya sedang berdoa. Mereka sudah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak. Mereka meminta Tuhan untuk memberi mereka seorang anak. Mereka berdoa dan berdoa. Tuhan akhirnya menjawab doa mereka. Sang istri, kemudian, hamil dan mereka memiliki bayi laki-laki. Mereka sangat senang. Bayi itu luar biasa. Dia sangat berbeda dari bayi lainnya. Dia makan dan minum banyak. Hari demi hari dia makan semakin banyak. Tubuhnya semakin lama semakin besar. Dan saat remaja, tubuhnya sudah sebesar kerbau. Orang-orang kemudian mulai memanggilnya Kebo Iwa. Karena kebiasaan makannya, orang tua Kebo Iwa menghabiskan banyak uang untuk membeli makanannya dalam jumlah besar. Mereka akhirnya bangkrut. Mereka menyerah dan meminta penduduk desa untuk membantu mereka menyediakan makanan. Penduduk desa kemudian bekerja sama untuk memasak dan membangun rumah besar untuk Kebo Iwa. Dia seperti raksasa. Dia tidak bisa tinggal di rumah orang tuanya lagi karena tubuhnya yang besar. Sayangnya, setelah beberapa bulan, penduduk desa juga tidak mampu memasak makanan untuknya. Mereka kemudian meminta Kebo Iwa untuk memasak makanannya sendiri. Penduduk desa hanya menyiapkan bahan baku. Kebo Iwa setuju dan sebagai ungkapan terima kasihnya kepada penduduk desa, dia membangun bendungan, menggali sumur, dan dia juga melindungi penduduk desa dari binatang dan orang yang ingin menyerang desa mereka. Dia melakukan hal-hal itu sendiri. Sementara itu, pasukan Majapahit berencana menyerang Bali. Mereka tahu tentang Kebo Iwa. Dan mereka juga tahu bahwa mereka tidak bisa menaklukkan Bali dengan Kebo Iwa di sana. Kebo Iwa lebih kuat dari mereka. Gajah Mada, Maha Patih Kepala Menteri Majapahit kemudian merencanakan sesuatu. Mereka berpura-pura mengundang Kebo Iwa ke Majapahit untuk membantu mereka menggali beberapa sumur. Mereka mengatakan bahwa Majapahit sedang mengalami musim kemarau yang panjang dan membutuhkan banyak air. Kebo Iwa tidak tahu rencananya, jadi dia pergi ke Majapahit. Ketika Kebo Iwa sedang sibuk menggali sumur yang sangat besar, pasukan menutupi sumur itu. Kebo Iwa mengalami kesulitan bernafas dan dikubur hidup-hidup. Dia meninggal di dalam sumur. Setelah kematian Kebo Iwa, Bali ditaklukkan oleh Majapahit. Hingga kini, Kebo Iwa masih dikenang masyarakat karena banyak berjasa untuk Majapahit dan Bali. Kepala batu Kebo Iwa yang legendaris bisa menjadi ditemukan di Pura Gaduh di Blahbatuh. Itu tadi contoh narrative text bahasa Inggris "Legenda Kebo Iwa".

Bahanbahan pangan tersebut diolah oleh Kebo Iwa di Pantai Payan, yang bersebelahan dengan Pantai Soka. Danau Beratan merupakan tempat dimana , Kebo Iwa biasanya membersihkan, walaupun jaraknya cukup jauh namun dengan tubuh besarnya jarak tidak menjadi masalah baginya, dia bisa mencapai setiap tempat yang diinginkannya di wilayah Bali dengan

Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa memiliki beberapa versi yang cukup berbeda. Pada blog kami sebelumnya memposting cerita rakyat bali kebo iwa dengan judul Cerita Anak Rakyat Bali Legenda Asal Mula Danau Batur. Pada cerita sebelumnya dikisahkan kebo iwa sebagai orang yang mudah marah namun pada cerita rakyat kali ini Kebo Iwa digambarkan sebagai pahlawan bagi Kerajaan Bali. Yang jelas kedua cerita rakyat Indonesia Kebo Iwa sangat menarik untuk disimak. Penasaran dengan kisahnya? Silahkan membaca hingga selesai. Cerita Rakyat Bali Gugurnya Putro Terbaik Bali Kebo Iwa Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Putra Bali Seorang bayi lelaki yang montok telah lahir. “Oekkk… ooekkk…,” si bayi terus menangis. “Mungkin ia lapar,” kata ibunya. Namun meskipun telah disusui, bayi itu masih terus menangis. Tangannya menggapai-gapai ke arah nasi di meja. “Dari tadi ia menunjuk nasi itu, Bu. Coba kau berikan sedikit padanya,” kata suaminya. Tak dinyana, si bayi melahap nasi itu dengan cepat dan menghabiskan sepiring nasi! Bayi itu tumbuh menjadi pemuda yang berbadan besar dan bertenaga kuat. Orang memanggilnya Kebo Iwa, yang artinya Paman Kerbau. Ia dinamai seperti itu karena ia makan seperti kerbau. Ia selalu makan dan makan. Lama kelamaan, kedua orangtuanya yang semakin tua tak sanggup lagi memberinya makan. Itulah sebabnya mereka menemui kepala desa untuk memohon bantuan. Sejak itu, penduduk desa bahu membahu memberi makan Kebo Iwa. Sebagai balas budi, Kebo Iwa menjaga keamanan desanya. Dengan badannya yang besar, ia tidak kesulitan mengalahkan siapa saja yang hendak mengganggu desanya. Para warga sayang padanya. Meskipun badannya besar, hatinya baik dan suka menolong. Suatu hari, Raja Bedahulu mengundang Kebo Iwa ke istana. Beliau hendak mengangkatnya menjadi patih. Kebo Iwa sangat tersanjung, “Hamba akan mengabdikan hidup untuk menjaga kerajaan. Selama hamba masih bernapas, Pulau Bali ini tak akan pernah dikuasai oleh siapa pun,” katanya mantap. Sejak saat itu, Kerajaan Majapahit yang selalu menyerang Bali tak bisa lagi mengganggu. Sedangkan di Pulau Jawa, patih Kerajaan Majapahit yang bernama Gajah Mada memang bertekad untuk menyatukan Nusantara. Ia bahkan bersumpah untuk tidak menikmati kenikmatan duniawi jika tekadnya itu belum tercapai. Sumpah itu dikenal dengan Sumpah Palapa. Patih Gajah Mada mulai bingung. Semua serangannya ke Bali gagal. Ia berusaha keras mencari cara untuk menguasai pulau Bali. Akhirnya ia mendatangi Raja Bedahulu. “Kami dari Kumpulan Cerita Anak Rakyat Bali Legenda Asal Mula Danau Batur Kerajaan Majapahit tak akan lagi menyerang pulau Bali. Kami ingin bersahabat saja dengan rakyat Bali.” katanya. Raja Bedahulu dan Patih Kebo Iwa percaya pada ucapan Patih Gajah Mada. Setelah mereka mengadakan perdamaian, Patih Gajah Mada pun diundang pada jamuan makan siang. “Baginda Raja, hamba ingin mengundang Patih Kebo Iwa ke Majapahit. Tentu Raja mengizinkan, bukan?” tanya Patih Gajah Mada. Raja Bedahulu dan Kebo Iwa berembuk, tak ada salahnya membalas kunjungan Patih Gajah Mada. Mereka setuju, Kebo Iwa akan berkunjung ke Majapahit. Setibanya di Majapahit, Kebo Iwa disambut dengan meriah. “Inilah orang yang mengalahkan pasukan kita,” bisik rakyat Majapahit. “Selamat datang Patih Kebo Iwa. Kami amat tersanjung atas kehadiranmu,” sambut Patih Gajah Mada. Kebo Iwa lalu dijamu makan siang. Seperti biasa, Kebo Iwo makan banyak sekali. “Patih Kebo Iwa, sepertinya hubungan kita sudah lebih baik, bukankah begitu?” tanya Patih Gajah Mada. “Ya, memang lebih baik hidup damai daripada terus berperang”. “Jika begitu, maukah kau membantu kami?” tanya Patih Gajah Mada lagi. “Apa itu?” tanya Kebo Iwa. “Saat ini kerajaan kami sedang kekurangan air. Maukah kau menggali sumur raksasa untuk kami? Dengan tenagamu yang kuat, tentu mudah sekali menggalinya, bukan?” Kebo Iwa dengan senang hati mengangguk, “Aku akan membantu kalian.” Keesokan haringa, Kebo Iwa mulai bekerja. Agak aneh, banyak pasukan Majapahit mengelilinginya. Mereka seolah siap menunggu perintah. Kebo Iwa tak curiga, ia terus menggali sumur. Dalam waktu singkat, ia sudah menggali sangat dalam. Tiba-tiba terdengar teriakan Patih Gajah Mada “Laksanakan!! Timbun ia dengan batu!” Bagai gempa bumi, batu-batu berhamburan ke dalam lubang sumur itu. Kebo Iwa syok. Ia tak mengangka kalau ini adalah jebakan Patih Gajah Mada. Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Dengan segenap tenaga, Kebo iwa melempar balik batu-batu itu ke atas. Batu-batu itu mengenai para prajurit Majapahit. Kebo Iwa melesat keluar. “Rupanya kau menjebakku? Ketahuilah, aku telah bersumpah, selama aku masih hidup, Bali tak akan bisa ditaklukkan oleh siapa pun!” teriaknya marah. Kebo Iwa terlibat pertarungan sengit melawan Patih Gajah Mada. “Mengerahlah Patih Kebo Iwa. Niat kami hanga ingin mempersatukan Nusantara!” teriak Patih Gajah Mada. Kebo Iwa tak peduli. Ia terus menyerang dan menyerang. Ketika keduanya mulai lelah, Patih Gajah Mada berkata “Sia-sia saja kita melanjutkan pertempuran ini. Suka atau tidak, suatu saat Bali akan kami kuasai. Niat kami mulia, bukan untuk menjajah atau menyengsarakan rakyat Bali.” Kebo Iwa mulai bimbang. Melihat Patih Gajah Mada yang gigih, ia yakin memang suatu saat Bali akan kalah. Setelah diam beberapa saat, Kebo Iwa berkata, “Aku tahu tujuanmu, tapi aku tak mungkin menyerah. Aku tak mau mengkhianati negara dan rajaku. Aku telah bersumpah, untuk menjaga Bali seumur hidupku.” “Jika begitu, aku harus membunuhmu,” kata Patih Gajah Mada. “Kau tak mungkin membunuhku. Aku memiliki kesaktian yang amat sangat. Kecuali satu hal, jika kau bisa menghancurkan gunung kapur dan mengoleskannya ke kepalaku, maka kesaktianku akan hilang,” jawab Kebo Iwa. Patih Gajah Mada terkejut, “Mengapa ia membuka rahasianya sendiri?” tanyanya dalam hati. Patih Gajah Mada segera melesat menuju ke gunung kapur. Ia menghancurkan gunung kapur dan membawa segenggam serbuk kapur. Sekali lagi mereka terlibat pertempuran yang sengit. Patih Gajah Mada berusaha mengoleskan serbuk kapur itu ke kepala Kebo Iwa. Akhirnya Patih Gajah Mada berhasil. Kebo Iwa langsung lemas, seolah tak bertenaga lagi. “Kau menang Patih. Bunuhlah aku, supaya kau bisa menguasai Bali,” kata Kebo Iwa. Patih Gajah Mada ragu, ia tak mungkin membunuh orang yang sudah tak berdaya. Tapi Kebo Iwo terus mendesak, “Ingat cita-citamu. Kematianku akan membawa kebaikan bagi kita semua.” Dengan terpaksa, Patih Gajah Mada menancapkan kerisnya ke tubuh Kebo Iwo. Ia kagum akan jiwa kesatria Kebo Iwo yang rela berkorban demi tujuan yang mulia. Akhirnya, Kebo Iwo mengembuskan napas terakhirnya. Sebelum meninggal, ia sempat berucap, “Semoga dengan kematianku Nusantara dapat bersatu. Tidak ada lagi peperangan dan perpecahan.” Patih Gajah Mada menjawab, “Aku berjanji akan mewujudkan persatuan Nusantara. Yakinlah, kematianmu tidak akan sia-sia.” Akhirnya Bali kehilangan putra terbaiknya. Kerajaan Majapahit menaklukkan Bali dengan mudah. Namun, sesuai janji Patih Gajah Mada pada Kebo Iwa, niatnya memang murni untuk menyatukan Nusantara, bukan untuk menjajah atau menyengsarakan rakyat Bali. Pesan dari Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Putra Bali untukmu adalah mengalah tidak berarti kalah. Mengalah demi kepentingan orang banyak yang lebih besar adalah tindakan yang mulia . 312 117 256 169 21 99 408 38

cerita kebo iwa dalam bahasa bali